Apakah yang dimaksud dengan Psikologi Agama


  1. 1. Apakah yang dimaksud dengan Psikologi Agama? dan bagaimana hubungannnya dengan keimanan (keyakinan)? 
Psikologi agama merupakan bagian dari  psikologi  yang mempelajari  masalah-masalah   kejiwaan   yang   ada   sangkut   pautnya   dengan   keyakinan   beragama,   dengan demikian   psikologi   agama mencakup   2   bidang   kajian   yang   sama   sekali   berlainan   , sehingga ia berbeda dari cabang psikologi lainnya.Menurut  Prof.  Dr.  Zakiah  Darajat   bahwa   psikologi   agama  meneliti   pengaruh  agama terhadap sikap dan  tingkah  laku orang atau mekanisne yang bekerja dalam diri seseorang, karena cara seseorang berpikir,  bersikap,  bereaksi dan bertingkah laku tidak dapat   dipisahkan   dari   keyakinannya,   karena   keyakinan   itu  masuk   dalam  kostruksi  pribadi Psikologi agama tidak berhak membuktikan benar tidaknya suatu agama, karena ilmu   pengetahuan   tidak  mempunyai   tehnik   untuk  mendemonstrasikan   hal-hal   yang seperti itu baik sekarang atau masa depan, Ilmu pengetahuan tidak mampu membuktikan ketidak-adaan Tuhan, karena tidak ada tehnik empiris untuk membuktikan adanya gejala yang tidak empiris, tetapi sesuatu yang tidak dapat dibuktikan secara empiris bukanlah berarti   tidak   ada   jiwa.   Psikologi   agama   sebagai   ilmu   pengetahuan   empiria   tidak menguraikan   tentang   Tuhan   dan   sifat-sifatNya   tapi   dalam   psikologi   agama   dapat diuraikan   tentang   pengaruh   iman   terhadap   tingkah   laku   manusia.   Psikologi   dapat menguraikan iman agama kelompok atau iman individu, dapat mempelajari lingkungan-lingkungan empiris dari  gejala keagamaan  ,  tingkah laku keagamaan,  atau pengalaman keagamaan , pengalaman keagamaan, hukum-hukum umum tetang terjadinya keimanan,
2.      Dalam Psikologi analisa, masa kanak-kanak adalah masa Oedipus Kompleks (Kompleks Oedip) apakah maksudnya dan bagaimana hubungannya dengan  keyakinan berketuhanan?
Masa Oedipus Kompleks adalah keyakinan umum yang membantu kita menjelaskan apa yang kita amati dan membuat prediksi. Teori yang baik memiliki hipotesis, yang merupakan asumsi yang harus diuji.
a.      Teori-teori Perkembangan Anak
1. Teori-teori Psikoanalitis
2. Teori-teori Kognitif
3.Teori-teori Perilaku dan Belajar Sosial
4. Teori Etologis
5. Teori-teori Ekologi
6. Orientasi Teoritis Eklektis
Penjelasan :
b.      Teori-teori Psikoanalitis
Dua teori psikoanalitis yang penting ialah teori Freud dan teori Erikson.
Freud mengatakan kepribadian terdiri dari tiga struktur - id, ego dan superego - dan
bahwa kebanyakan pemikiran anak-anak bersifat tidak disadari. Tuntutan struktur
kepribadian yang saling bertentangan menyebabkan kecemasan. Mekanisme pertahanan,
khususnya represi, melindungi ego dan mengurangi kecemasan. Freud yakin bahwa
masalah berkembang karena pengalaman masa anak-anak sebelumnya. Ia mengatakan
bahwa individu melampaui lima tahap psikoseksual - oral, anal, phallic, latency dan
genital. Selama tahap phallic, Oedipus Complex merupakan sumber utama konflik.
Erikson mengembangkan suatu teori yang menekankan delapan tahap perkembangan
psikososial : kepercayaan versus ketidakpercayaan; otonomi versus rasa malu dan ragu-
ragu; prakarsa versus rasa bersalah; tekun versus versus rasa rendah diri; identitas versus
kebingungan identitas; keintiman versus keterkucilan; bangkit versus mandeg; kepuasaan
versus kekecewaan (keputusasaan)
2.    Bagaimanakah perbedaan pandangan antara anak-anak dan remaja tentang, kelahiran, kematian, moral, surge dan neraka ?
Pada masa remaja telah dapat dipahami bahwa mati itu adalah suatu dapat yang tidak dapat dihindari oleh setiap orang, bahkan mati itu adalh fenomena alamiah yang harus terjadi. Pemikiran remaja tentang hal ini adalah terdorong oleh kepentingan emosi yang dirasakannya dan yang terjadi disekitar lingkungannya yang menimpa seluruh makluk hidup. Kendatipun pemiran tentang mati itu telah meningkat, namun mereka tidak menghilangkan kegelisahan, yang mengambil bentuk sebagai berikut:
Pengertian Surga dan Neraka.
Kebanyakan remaja memikirkan alam lain, bukanlah untuk tempat senang-senang atau tempat siksaan jasmani, akan tetapi sebagai lambang bagi pikiran pembalasan atau lambing kebahagiaan yang ingin dicapainya dan terlepas dari kegoncangan remaja yang tidak menyenangkan itu.

3.      Bagaimanakah peranan emosi remaja dalam beragama hubungannya dengan sifat-sifat Tuhan dan sifat ambivance (kembar) ?
Perasaan Agama yang kembar (ambivalen)
Keyakinan akan sifat tuhan yang banyak itu berubah-ubah sesuai dengan kondisi emosinya, dan ia mengalami keyakinan yang maju mundur. Kadang terasa sekali olehnya keyakinan kepada tuhan, terasa dekat, seolah-olah dia berdialog langsung keoada tuhan. Tapi terkadang ia merasa jauh, tidak dapat memusatkan pikiran waktu bertdoa atau sembahyang. Kondisi keimanan yang yang kembar (maju-mundur) itu adalah satu ciri khas remaja, yang sedang mengalami kegoncangan emosi.

4. Jelaskan secara singkat. Proses terjadinya kepercayaan dengan kesadaran keseimbangan dan ketidak percayaan terhadap Tuhan ?
Takut berpisah dengan keluarga
Takut dirinya akan mati, karena berpisah dengan orang tua yang disayanginya dan khawatir akan meninggalnya mereka.
Rasa dosa, takut bertemu dengan Allah seolah-olah takut mati itu sebanarnya adalah takut akan hukuman akhirat.
Takut mati karena ambisinya. Memang pada masa remaja, ambisi itu adalah suatu cirri khasnya. Remaja lebih banyak khayalan dan cita-cita, serta takut tidak akan tercapai cita-cita itu.
Keyakinan itu akan mengurangkan kecemasan terhadap mati, kepada yang berhubungan itu, yaitu neraka dengan apinya, dan surge dengan kenikmatannya, jika kegelisahan itu bertambah, maka hidup ini tidak akan dirasakan berarti lagi. Maka takut akan neraka dan harao akan masuk surge dalam ajaran agama.





0 komentar:

Posting Komentar